Babak Belur

00.00
26 November 2024

Mataku,
belum kunang.
Sekelebat kenang,
masih malang melintang.

Ah, rasanya seperti kembali menonton ulang drama Korea lawas yang sudah berhasil aku tamatkan.

Setiap kali pulang ke rumah, bayangan memori tentang kita kembali berputar di kepalaku, Zak.

Aku ingat betul, di pagar rumah aku biasa berdiri. Menyambutmu datang ketika sedang ingin bertamu. Masuk teras, ingatan tentangmu kembali mengalir deras. Kita sering berbincang tentang banyak hal disini. Selepas memarkirkan motormu di teras, kamu biasa menyalakan korek. Kemudian, menyudutkan ujung rokok linting favoritmu pada api yang menyala. Aku ingat betul aromanya.

Setelah puas sebat sambil sambat. Kamu mengucap salam, masuk ke ruang tengah. Lagi dan lagi, ini tempat favorit kita. Kamu ingat hal pertama yang kita lakukan di sofa pada bulan itu? Kamu kikuk tapi akhirnya kita saling bertukar peluk. Momen indah sebelum akhirnya kamu merajuk.

Lepas sambat dan melakukan pemanasan. Kita sepakat tuk pindah lokasi. Kamar kedua, kamarku, lokasi favorit kita saling mencintai. Detail adegan yang biasa kita lakukan secara rutin, terpatri jelas di kepala.

Pendinginan. Seperti biasa, kamu selalu meminta Mie Goreng Racikan Aku yang Khusus ku buat Hanya Untuk Kamu. Mie yang tidak terlalu matang, kamu ga suka mie yang lembek. Hahaha, kayak makan bubur, ucapmu serius tapi santai. Telur mata sapi yang direbus matangnya pas. Kamu benci telur setengah matang. Pelengkap tapi harus ada, tauge atau caisim rebus, supaya tetap sehat, kelakarmu.

Sudah senang dan kenyang,
kamu lanjut pamit pulang.
Aku selalu sebal tiap kamu datang,
enggan menolak karena sudah kadung sayang.

Aku cinta kamu, Zak.
Mungkin, selamanya begitu.
Terimakasih sudah pernah hadir disini.
Maaf atas hal-hal bodoh yang sudah aku lakukan.
Tolong, cintai perempuan pilihan kamu dengan sungguh.

Cukup aku, jangan lukai dia seperti itu.

Salam, Arinda.


Perempuan gila yang berhasil kamu buat tergila-gila.

Comments