Di sini, hujan baru saja reda. Aku dan Alina tengah asik bermalas-malasan. Well, pikiran aku sedang berkelana tanpa diminta dan tak tahu arah. Kadang, ia melompat ke beberapa tahun bahkan puluhan tahun yang sudah berlalu. Tak jarang, ia juga bisa berlari ke tahun yang akan datang hingga ratusan tahun kemudian.
Ah, bicara ratusan rasanya mustahil. Diberi nafas tadi pagi saja, aku mengeluh. "Ya Tuhan, hari ini hambaMu belum diberi 'Game Over' nih?", bisik kesalku di dalam hati.
Bagi secuil populasi di bumi, bangkit dari kasur adalah sebuah prestasi yang layak diberi hadiah Nobel. Ya, aku di dalam secuil persentase itu. Mereka bilang, kamu pemalas. Padahal, ada ribuan hari kami memaksakan diri untuk bersikap normal. Bangun dari kasur, melakukan studi, bersosialisasi, bekerja, mencari hiburan, berkelana dan banyak hal lain yang berusaha kami lakukan agar tetap terlihat dan merasa hidup.
Lalu...muncul satu hari dimana kami tidak memiliki banyak tenaga untuk berpura-pura hidup. Kami bisa saja menghabiskan seharian bahkan 24 jam di atas kasur/sofa. Kami bisa saja melewatkan meeting penting dengan rekan kerja serta atasan. Banyak hal juga yang kami lakukan jika sedang ingin menekan tombol pause.
Hei, manusia normal.
Kami bukan pemalas.
Kami hanya perlu jeda sebentar,
kenapa kamu seenaknya saja berkomentar?
Demikian.
Kami, aku dan kamu mungkin pernah dicap se-pemalas-itu. Sudah, abaikan saja. Berhasil untuk tidak mengambil alih tugas malaikat pemutus kehidupan saja sudah jadi prestasi kita loh.
Oke, mari kita rayakan nafas hari ini dengan semangkuk mie.
Salam, Gi.
Comments
Post a Comment
Satu komentar kamu, menyumbang satu senyum di wajahku :).